Setelah berminggu-minggu menangguhkan transaksi nasabah, bursa bitcoin Mt. Gox mengajukan perlindungan kebangkrutan pada Pemerintah Jepang, Jumat (28/2/2014).
Bursa bitcoin terbesar di dunia asal Tokyo itu mengaku kehilangan total 850.000 bitcoin yang nilainya hampir 500 juta dollar AS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 750.000 bitcoin adalah milik nasabah dan 100.000 bitcoin lainnya adalah aset perusahaan.
CEO Mt. Gox Mark Karpeles mengungkapkan bahwa kebangkrutan itu disebabkan karena lemahnya sistem keamanan sehingga ada peretas yang masuk dalam sistem dan mencuri bitcoin. Meski demikian, Karpeles tetap memprediksi industri bitcoin akan terus tumbuh.
"Pertama-tama, aku sangat menyesal. Industri bitcoin sedang sehat dan tumbuh. Ini akan terus berlanjut, dan mengurangi risiko adalah titik paling penting," katanya.
Mt. Gox memiliki kewajiban utang sebesar 63,9 juta dollar AS, jauh melebihi total aset saat ini yaitu 37,7 juta dollar AS. Dalam dokumen kebangkrutan Mt. Gox tercatat, ada 127.000 kreditor dan sebanyak 1.000 kreditor di antaranya berasal dari Jepang.
Pada 25 Februari 2014, Mt. Gox menutup situs web dan mengosongkan kicauan di akun Twitter. Perusahaan terpaksa menutup situs web untuk melindungi data pengguna kami.
Mt. Gox menangguhkan transaksi nasabah sejak 7 Februari 2014. Bursa itu "mendeteksi aktivitas yang tidak biasa pada dompet bitcoin dan sedang dilakukan penyelidikan selama beberapa pekan terakhir. Ini mengonfirmasikan adanya transaksi yang perlu diperiksa lebih dekat."
Hal ini menyebabkan harga bitcoin di platform Mt. Gox menurun drastis. Namun, harga bitcoin di bursa lainnya, termasuk di Indonesia, tidak terpengaruh oleh hal tersebut.
Bitcoin selama ini bersifat desentralisasi. Artinya, tidak ada lembaga keuangan, bank sentral, atau pemerintah yang mengatur bitcoin dan segala aktivitasnya.
Sumber: KOMPAS
Bursa bitcoin terbesar di dunia asal Tokyo itu mengaku kehilangan total 850.000 bitcoin yang nilainya hampir 500 juta dollar AS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 750.000 bitcoin adalah milik nasabah dan 100.000 bitcoin lainnya adalah aset perusahaan.
CEO Mt. Gox Mark Karpeles mengungkapkan bahwa kebangkrutan itu disebabkan karena lemahnya sistem keamanan sehingga ada peretas yang masuk dalam sistem dan mencuri bitcoin. Meski demikian, Karpeles tetap memprediksi industri bitcoin akan terus tumbuh.
"Pertama-tama, aku sangat menyesal. Industri bitcoin sedang sehat dan tumbuh. Ini akan terus berlanjut, dan mengurangi risiko adalah titik paling penting," katanya.
Mt. Gox memiliki kewajiban utang sebesar 63,9 juta dollar AS, jauh melebihi total aset saat ini yaitu 37,7 juta dollar AS. Dalam dokumen kebangkrutan Mt. Gox tercatat, ada 127.000 kreditor dan sebanyak 1.000 kreditor di antaranya berasal dari Jepang.
Pada 25 Februari 2014, Mt. Gox menutup situs web dan mengosongkan kicauan di akun Twitter. Perusahaan terpaksa menutup situs web untuk melindungi data pengguna kami.
Mt. Gox menangguhkan transaksi nasabah sejak 7 Februari 2014. Bursa itu "mendeteksi aktivitas yang tidak biasa pada dompet bitcoin dan sedang dilakukan penyelidikan selama beberapa pekan terakhir. Ini mengonfirmasikan adanya transaksi yang perlu diperiksa lebih dekat."
Hal ini menyebabkan harga bitcoin di platform Mt. Gox menurun drastis. Namun, harga bitcoin di bursa lainnya, termasuk di Indonesia, tidak terpengaruh oleh hal tersebut.
Bitcoin selama ini bersifat desentralisasi. Artinya, tidak ada lembaga keuangan, bank sentral, atau pemerintah yang mengatur bitcoin dan segala aktivitasnya.
Sumber: KOMPAS
Tag :
Internet
0 Komentar untuk "Bursa Bitcoin Terbesar di Dunia Bangkrut"
NO SPAM
Silahkan Komentar : Sopan,Tidak Mengandung Sara,dll